Cari Artikel:

Jumat, 02 Juli 2010

Persatuan Cinta Kasih (1)



Persatuan cinta kasih yang dimaksud adalah persatuan dengan Allah yang adalah kasih. Ini bukan hanya suatu pengalaman rohani yang dicapai sesudah manusia meninggal, tetapi juga bisa dialami oleh kita yang sungguh merindukan dan mempersiapkannya saat masih hidup di dunia ini. St Yohanes dari Salib, seorang kudus Karmel, melukiskan persatuan itu sebagai keberadaan manusia di atas puncak Gunung Karmel. Dalam pendakiannya menuju puncak, manusia diminta untuk melewati jalan pengosongan dan penyangkalan diri. Sedangkan St Theresia dari Avila melukiskan keadaan itu yakni bila manusia sampai pada ruang terakhir dari Puri Batin. Untuk sampai ke ruangan itu, manusia harus melewati beberapa ruang yang penuh dengan tantangan dan godaan yang bisa membuat manusia bukannya masuk ke ruang berikutnya, melainkan kembali ke ruang sebelumnya bahkan bisa memulai lagi dari awal.


Mungkin kita melihatnya terlalu sulit. Apalagi untuk melewati jalan yang ditawarkan oleh St Yohanes dari Salib, seakan tak mungkin untuk dilalui oleh orang jaman ini. Namun, sebagaimana yang dilukiskan oleh Yesus dalam perumpamaan Harta terpendam dan mutiara berharga, persatuan cinta kasih itu menjadi sesuatu yang tak ternilai berharganya. Sehingga, jalan pengosongan dan penyangkalan diri adalah dengan sendirinya harus dilalui. Hal ini sebagaimana orang yang menemukan harta terpendam dan mutiara berharga itu, ia menjual seluruh harta miliknya. Semuanya tak ada artinya lagi dan harus dijual demi mendapatkan yang begitu berartinya.

Maka, dapat dimengerti bahwa Yesus berkata, "Berbahagialah mereka yang miskin di hadapan Allah, sebab merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." 

Tidak ada komentar: